Kamis, 25 Februari 2010

Pacaran sama Pohon (?)

PACARAN AJA SAMA POHON kalo emang ga mau saling ngertiin satu sama lain.

Hey! mana ada yang mau pacaran sama pohon? Pohon kan benda mati. Pohon ga bisa meluk. Pohon ga bisa kirim sms-sms gombal tapi tetap aja sms-sms jenis itu yang kita tungguin. Pohon ga bisa bilang i love you. Pohon ga bisa kasih kecupan manis selamat malam.

Trus apa maksudnya yah? Maksudnya gini. Kalo kita ga mau belajar toleran atau mencoba mengerti keadaan pasangan,yah pacaran aja sama pohon. Waktu kita berkomunikasi dengan benda mati,kita memperlakukan benda mati itu seenaknya kita aja kan. Mau disayang kek. Mau diinjek kek. Mau dibuang kek. Yah terserah kita! Namanya juga benda mati. Nah apakah manusia yang punya nafas hidup itu mau lo perlakukan seperti benda mati? Tanya aja lah sama hati kita masing-masing. Hati adalah guru kedua setelah pengalaman yang bakal memberi banyak pelajaran dan kejujuran.

Waktu kita berkomunikasi,menjalin hubungan ataupun komitmen dengan seseorang pasti ada hal-hal yang membongkar zona aman kita. Sepertinya si “aku” ini harus mati suri sebentar karena sekarang bukan cuma ada kepentingan “aku” tapi ada kepentingan dari subyek yang namanya “kita”. Selama masih mikirin diri sendiri lebih baik ga usah pacaran.. Kalo pun mau pacaran, pacaran aja tuh sama pohon. Karena itu tadi,pohon ga akan pernah menuntut lo untuk mengerti dia. Pohon ga akan pernah bad mood. Pohon ga akan ups and downs. Atau pohon juga ga bakal marah waktu lo ketahuan ga jujur sama dia. Yang namanya pohon juga ga akan minta putus waktu lo ketauan selingkuh. Pokoknya hal-hal ribet yang biasanya jadi masalah kalo kita pacaran sama manusia ga akan kita jumpai kalo kita pacaran sama pohon.

Apa selama ini kita memperlakukan manusia yang kita sayang itu seperti pohon? Kita perlakukan mereka seenaknya aja. Kalo udah ngerasa ga ada gregetnya lagi terus ditinggal gitu aja? Kalo dia lagi ga bisa berbuah lo tebang aja? Kalo buahnya lagi pahit lo ga mau kasih kesempatan dia untuk berbuah lebih manis.

Betapa manusia [itu berarti termasuk saya. Karena saya masih masuk kategori manusia bukan kera.] begitu egois. Cuma mau terima yang enak-enak doang. Giliran sebuah status yang namanya “in a relationship” itu diproses langsung pada protes. Kata-kata protes itu biasanya berbunyi seperti ini:


Dia egois sih!
[tanpa bertanya sama dirinya saya egois ngga yah?]

Dia ga perhatiin gue lagi seperti waktu pdkt dulu.
[tanpa bertanya apa gue masih merhatiin dan menghargai dia?]

Dia ga pernah ngertiin keadaan gue!
[tanpa bertanya apa gue sudah belajar mengerti dia?]

Dia yang salah!
[tanpa mengingatkan diri sendiri eh,gue juga pernah salah kok!]


Melepas ke’aku’an memang ga enak. Apalagi buat orang yang menerima gelar self center di belakang namanya. Melepas gelar self center dan belajar meraih gelar panjangwillingness to understand others emang dibutuhkan yang namanya waktu dan kerelaan. Waktu akan memberikan kesempatan kita berubah. Kerelaan akan membantu kita untuk jadi seorang makhluk yang lebih dewasa mengerti pasangan.

Saya terus belajar memperlakukan orang yang saya sayangi tidak seperti saya memperlakukan pohon yang bisa seenaknya saya tebang kalo si pohon ga berbuah. Saya ga mau pacaran sama pohon makanya saya mau terus belajar melepaskan ke’aku’an saya dan belajar mengerti keadaan lelaki yang saat ini memilih untuk tidak berkata i love you too saat saya dengan tulus bilang i love you sambil menahan suara saya agar tetap keliatan ceria.[padahal air mata sudah menetes..tes..tes..]

Jadi sekarang tinggal kamu yang menentukan. Mau pacaran sama pohon atau makhluk bernama lelaki atau perempuan yang akan membawa kita semua dalam perjalanan mata dan hati. Selamat memilih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar